22 October 2019

Kenapa Harus Rokok yang Disalahkan

Creek creek, krrtktk, sheeut, huuuff...
Suara korek gas yang dinyalakan dan disambung suara terbakarnya tembakau. Masuk dalam paru, keluar kembali. Tak ketinggalan suara tetesan air hujan yang sudah semalaman membasahi tenda. "Mas, ini kopinya", kata istri tercinta sambil menyodorkan secangkir kopi hangat. Hari ini adalah hari Minggu dan kami masih enggan turun ke basecamp walaupun kami tau besok waktunya bekerja lagi. Hampir tiap bulan kami kesini, bukan untuk mencari puncak, hanya sekedar camping dan menikmati udara segar. Inilah rutinitas kami berdua. 

Oiya sudah hampir 4 tahun kami menikah, dan sampai sekarang masih belum juga dikaruniai anak. Walaupun kami selalu bahagia berdua, selalu saja ada rasa sepi. Apalagi kalau kami sedang tidak bersama karena tugas diluar kota atau keperluan lain. Walaupun hanya sehari, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat semua makanan terasa hambar. Cinta, atau ya hanya sekedar tidak bisa sendiri.

Dia wanita yang sangat setia. Bahkan belum sempat aku bertanya, dia selalu mengabari terlebih dahulu dalam setiap hal. Apalagi ketika harus kerja berdua atau ada laki laki lain dalam pekerjaannya, dia sangat hati hati minta izin. Bahagianya setiap waktuku kuhabiskan dengannya. 

Akhir akhir ini hujan tak pernah absen. Hari ini lebih lama dari biasanya, sudah jam 11 dan kami masih terjebak dalam hujan. Kulihat rokok pun tinggal 1 batang. Dia masih menempel di bahuku dari tadi. Tak ada satu patah katapun dia ucapkan sejak kopi terakhir yang dia buat, setengah jam yang lalu. Aneh, biasanya dia selalu cerewet, diamnya hanya waktu tidur dan di kamar mandi saja. "Dek..", kucoba elus pelan kepalanya, aku tau dia tidak tidur dari tadi. "Adek mikirin apa? Tumben nggak cerita, apasih yang ga bisa aku debatin kalau sama adek?", Kedipan matanya kali ini pelan tapi tegas, seakan mengisyaratkan aku untuk diam dan tetap mengelus kepalanya. Suatu perasaan yang sama seperti 3 tahun yang lalu ketika aku tak sengaja tertinggal berdua di kantor dan dia melihatku bersama wanita lain. 
Seketika dia seperti mendominasi suasana, aku pun terdiam. Hanya menempel pipiku pada kepalanya sambil mengeratkan pelukanku. Rokokku pun aku matikan.

Tak tau lagi sudah berapa lama kami saling termenung. Dia sudah tertidur, perlahan aku rebahkan. Rintik hujan menambah lelap tidurnya. Wajahnya selalu cantik dan teduh. Aku pandang beberapa lama sampai aku bisa melepaskan tanganku. 

Cengkring..
Tiba tiba ada masuk sms, "Mas bro, besok jangan lupa ada meeting di kantor induk." Ternyata si A temen se kantor ku yang paling akrab. Baru sadar waktu sudah hampir sore. Perkiraan kalau turun sekarang, sampai rumah jam 12 malam, masih sempat buat bahan untuk besok, semoga. 

Bersambung....

19 May 2019

Sudut Pandang dalam Kandang

Aku seperti singa kebun binatang
Hidup dalam kandang
Tak payah mencari makan
Tak payah berjuang
Hingga waktuku habis terbuang
Menunggu ajal dan hidup kembali untuk diawetkan
Tanpa sempat memilih untuk siapa hati berpulang

Begini hidup terpisah kandang

15 May 2019

Melompat Sekian Ratus Hari Kemudian

Bukankah perjalanan kami selama ini menyenangkan.
Berjalan bersama tak peduli mendaki terjal maupun berbasah air hujan.
Inilahsaat yang akan kami rindukan.
Tak tahu siapa dulu yang terjatuh atau tersesat terlebih dahulu.
Ketika hanya berjalan sendiri ataupun berjalan sendiri sendiri.
Bahwa ternyata tujuan kami tak sama. 
Sesaat kebersamaan yang terjadi kebetulan saja.
Ingatkah kalian tawa bahagianya kami waktu itu? Sangat menyenangkan bukan.

03 May 2019

Berapa Biaya Rakit Road Bike?

Setelah sekian banyak yang menanyakan budget ngrakit sepeda, yuk disimak biar bisa merakit sepeda impian kalian atau sekedar ingin tau aja. Jadi, yang terpenting untuk merakit sepeda bukanlah berapa banyak uang di kantong, tapi seberapa jauh mau kalian bawa sepeda itu. Gampangnya kalau kalian serius bersepeda, pasti ada jalan. 

Konsep sepeda ini adalah Road Bike. Menentukan jenis sepeda ini cukup penting sebelum kalian gowes. Karena tujuanku untuk jarak jauh, jadi Road Bike yang paling pas. 

Frame & Fork
Frame dan Fork aku ambil dari sepeda jenis Fixie jenis besi, jenis ini paling berat dibanding Alloy dan Karbon. Saran saja sebelum membeli atau mengkanibal Frame, ada baiknya kalian pergi ke toko Sepeda dan cobalah ukuran yang paling cocok untuk kalian, karena merasakan langsung jelas berbeda dengan melihat review saja. Jangan lupa bawa alat ukur. Pilih yang paling nyaman. 


Sebelum
Sesudah

28 April 2019

Kejujuran

Ayam jantan mana yang tidak berkokok di pagi hari? Itu karena ia tidak akan berbohong bahwa hari sudah pagi.

Ya, selalu jujur, apapun itu bahkan akan hasratnya.

Baginya hanya ada 2 pilihan, mati dengan terhormat atau pergi daripada harus ada ayam jantan lain dalam kandang yang sama.

25 April 2019

Pahit

Mengingatmu membuat pikiranku merangkai bayangan-bayangan indah.
Yang saking indahnya tak dapat terbayangkan oleh pikiranku yang sangat terbatas ini.
Betapa tidak, manisnya tawamu, manjamu, serta hangatnya tanganmu membelai dan mentatih anak kita dengan sabar dan kasih sayang.
Inginku tetap berada dibayangan yang begitu indah itu.

Semakin dekat waktunya, semakin aku tak sabar menjemputmu dalam kesucian pernikahan.

Andai saja aku tak mengingatmu, tentu aku tak akan membayangkan keindahan itu, andai aku tak membayangkannya tentu aku tak perlu terjatuh menahan pahitnya kenyataan setiap kali ku membuka mata dari mengingatmu.

19 March 2017

Thinkpad X230 Teryata Tidak Anti Air

Thinkpad X230 berbeda dengan seri seri sebelumnya. Salah satunya pada sisi keyboard. Keyboard yang digunakan sedikit lebih ringkas namun tidak se nyaman versi sebelumnya. Dari semua Thinkpad, keyboardnya dilengkapi saluran air. Ini berguna untuk menghindari tumpahan air. Ketika dicoba ke Thinkpad X230, air tidak langsung turun ke bawah. Cukup lama sampai air bisa kering. Beberapa waktu setelah itu, keyboard mulai error. Memang untuk bagian dalamnya, Thinkpad melengkapi pelapis agar air tidak merusak bagian dalam. Tapi, ternyata keyboard nyaman yang jadi andalan Thinkpad ini mati.

Ketika tidak sengaja air tumpah ke laptop, terutama bagian keyboard, segera matikan. Cabut batrai kalau removable. Tunggu hingga kering. Lap dengan lap kering. Jangan mencoba menyalakan laptop apapun yang terjadi sebelum benar benar kering. Setelah yakin kering baru bisa dinyalakan.

11 February 2017

Berkeliling Banda Aceh #1

Hari ini hari ke-4 aku berada di Banda Aceh. Hari pertama baru bisa berkeliling sekitar penginapan, cukuplah untuk sekedar mengisi perut. Baru hari ini ada libur. Tak pikir lama, kumanfaatkan baik baik waktu libur ini. Seperti niat awalku, tujuan pertama dan utama adalah Masjid Raya Baiturrahman. Sekalian numpang mandi, hahaha. Ceritanya sudah semalaman air kos habis karena pipa utama PDAM pecah karena pembangunan Fly over di Simpanng Surabaya. Sekitar 30 menit saja dari kos dengan berjalan kaki. Memang benar kata orang, masjid ini begitu indah. Marmer hitam dikubahnya memberikan suasana tenang ditambah warna putih disetiap sudut masjid yang begitu bersih. Masjid ini sedang direnovasi besar besaran. Mungkin 3-4 bulan lagi rampung, sudah terbayang betapa indahnya nanti ketika selesai renovasi. Satu hal lagi yang membuatku takjub, hampir disemua toilet umum menggunakan sistem bayar se-ikhlasnya.
Jam 9 serasa jam 8 di Jawa.

01 February 2017

Persembahan untuk Prajabatan PLN Angkatan 56

Bahu kalian, tak akan ada lagi sedekat ini
Bahumu, bahu kita adalah saksi bisu beratnya beban selama ini
Kabar baik akan datang bersama hadirnya tugas selanjutnya
Kebersamaan indah ini sungguh indah
Sesak, basah peluh, dan air mata datang dan pergi
Esok bukan hanya peluh dan air mata, kita semua akan pergi

01 November 2016

Sam Poo Kong

Klenteng ini merupakan ciri dari kota Semarang, yaitu kota dengan pluralisme. Sebuah peninggalan dari sekian banyak yang membentuk corak Tiong Hoa yang muncul disini. selain Sam Poo Kong sebenarnya masih ada yang lain, yaitu Pasar Semawis dan Kampung Cina. Yang paling jelas sebenarnya justru dari masyarakat dan budayanya yang masih hidup sampai sekarang ini.

Sam Poo Kong merupakan peninggalan dari kapal Laksamana Ceng Ho. Ya, Ceng Ho yang katanya menganut islam ini pernah singgah di Simongan. Dulu diperkirakan kapal yang luar biasa besar itu mendarat di Sam Poo Kong. Karena suatu hal seorang krunya terpaksa tinggal di Semarang dengan menyisakan sebuah bangunan besar yang sekarang bernama Sam Poo Kong.

Suasana Tiong Hoa sangat kental disini. Pengunjung akan dipersilahkan masuk ke halaman utama setelah membeli tiket seharga 5 ribu rupiah. Sedangkan area sembahyang perlu melewati loket khusus.

Satu dari sekian banyak patung di Klenteng Sam Poo Kong.
Pintu Timur Sam Poo Kong.
Bangunan ini mirip Joglo. Cuma beda arsitek nya aja.
Pengunjung Sam Poo Kong dari Jakarta.



30 October 2016

Sudah A.Md #2

28 Oktober 2016 adalah hari sumpah pemuda, berbarengan dengan janji wisudawan Universitas Diponegoro ke-144. Menjadi bagian dari 3600-an Mahasiswa UNDIP yang menamatkan studinya periode ini merupakan hal yang sangat membanggakan. Universitas ini menjadi kawah Candradimuka yang telah menempaku. Ketika pikiranku melayang kembali pada yang terjadi selama 3 tahun, sangat terasa betapa kerasnya kawah Candradimuka ini menempaku. Begitu banyak yang aku dapatkan disini, berbagai hal yang tidak dapat dibeli dengan uang tentunya. Meskipun begitu, tak banyak yang aku fahami, namun akan aku tanamkan dalam diri. Setelah ini bukan akhir dari perjalananku, karena hari depan jauh lebih terjal dari hari hariku disini. Life is a journey!

27 Oktober pagi, Mei Dina datang dari Jakarta. Perjalanan kereta yang cukup lama membuatnya butuh istirahat. Setelah aku ajak makan, aku antar ke kos Aenun. Selesai ku antar akhirnya bisa tidur setelah semalam begadang. Sorenya aku ajak sedikit melihat lihat Semarang sekaligus berbuka puasa. Pikiranku tertuju pada komplek bangunan peninggalan zaman Belanda, Kota Lama. Tidak banyak yang aku tawarkan, baru pertama juga aku kesini.

19 October 2016

Banjir Garut #1

Malam hari ketika tengah nikmatnya orang-orang terlelap, air sungai Cimanuk meluap. Sekitar pukul 11 malam kejadian itu terjadi. Beberapa hari belakangan memang hujan tak henti hentinya turun. Ketika malam itupun masih hujan lebat. Sungai Cimanuk yang berhulu di Gunung Papandayan ini melewati tengah kabupaten Garut hingga muaranya di Pantai Utara, Cirebon. Sebelum sampai Pantai Utara, Cimanuk terbendung oleh Waduk Jati Gede. Waduk yang baru dibuat dengan merelokasi penduduknya. Jam 5 pagi banjir baru mulai mereda, sebaliknya di Waduk Jati Gede, air masih masuk dengan derasnya hingga terlihat seperti pusaran air. 

Tiga hari setelah kejadian tersebut aku pergi kesana, malam itu gerimis kecil di Semarang. Dengan Bus Budiman arah Tasikmalaya seharga 120 ribu. Sampai disana, hampir semua berbahasa sunda lemas. Dengan bantuan seorang perantau yang dulu pernah kuliah di sebuah akademi maritim Semarang, akhirnya dapat sampai ke Terminal Garut dengan murah. Total perjalanan darat menghabiskan 11 jam dan ongkos 150 ribu rupiah. Posko pertama yang kusinggahi adalah Posko STTG Mussadadiyah. Posko milik lembaga Mussadadiyah ini ditenagai oleh Mapala-Mapala Bandung, Bogor, Jakarta dan sekitarnya, Mahasiswa STTG, serta relawan-relawan. Mapala STTG berperan banyak dalam berjalannya Posko ini. Bukan hanya posko ini yang berdiri di Garut. Posko Utama berada di KODIM, sedangkan Posko-posko lain tetap berdiri dengan berbagai latar belakang. Posko relawan Gabungan yang dimotori oleh WANADRI Bandung juga sempat aku singgahi, disana pula fokus tanggap bencana untuk MAPALA selain "assesment".

Sebagai relawan, sudah seharusnya membantu yang bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan. Hari pertama hanya bisa ikut membawa bantuan logistik berupa pakaian dan sembako. Walaupun seperti tak berguna, namun memang dibutuhkan. "Ini soal kemanusiaan. Urusan organisasi apapun itu kalau ada bencana harus dinomer dua-kan. Kecuali urusan kuliah, itu tetap utama." Kata Ua Yana. Malam harinya seperti biasa evaluasi dan briefing untuk hari berikutnya.

Pencarian hari ke-empat, atau pencarian hari-pertama ku difokuskan di Cimanuk jalur Jager-Leuwigoong dan Limbangan-Wado. Namun setelah briefing, tim dijadikan 1 tim besar dengan 4 perahu.

Berlanjut......

08 October 2016

Menjadi Indonesia

Perjalanan menuju Garut beberapa waktu lalu mempertemukanku dengan seorang laki-laki. Sebuah pertemuan yang pernah terjadi 6 tahun lalu, hanya saja waktu itu bukan denganku, melainkan dengan Mas Ponco. Sejak masuk Jawa Barat hampir setiap orang berbahasa Sunda, namun begitu pertama bertemu dengannya aku merasa kembali ke Jawa. Awalnya aku terkejut karena dia berasal dari Jakarta. Mukanya yang terlihat muda membuatku sekali lagi tidak percaya bahwa 6 tahun yang lalu dia pernah singgah di Semarang.
Berbincang dengannya membuat lidahku tak kaku lagi, karena bisa berbahasa Jawa dengan luwes. Tak hanya Jawa, orang kelahiran tanah Andalas itu pun bisa berbagai bahasa daerah. Begitu cintanya pada negeri kaya ini. Tak heran kalau dia tertarik dan bisa berbahasa daerah mulai dari Jawa, Sunda, dan Minang. Bahasa Inggris bukan bahasa negeri kaya ini. Secara terang-terangan dia juga menolak mempelajarinya. Dari sekolah dasar hingga tamat SMA pun, dia lebih suka bolos kelas dari pada ikut pelajaran Bahasa Inggris. Bukan suatu hal yang menarik jika itu hanya karena malas, namun ini berbeda dia istimewa. Sebuah bentuk cinta yang terlampiaskan melalui bahasa.
Semoga bisa bertemu dengannya lagi lain waktu.

04 October 2016

Engkau Tetap Jogjaku

Telah kujelajahi negeri ini
Andalas hingga Papua

Angkuhnya, damainya
Pengapnya, sejuknya
Kotornya, asrinya
Tandusnya, hijaunya
Engkau tetap Jogjaku

Tak hentinya kukagumi
Tanahnya, airnya
Gunungnya, sungainya
Langitnya, lautnya
Hewannya, pohonnya
Engkau tetap Jogjaku

Semakin jauh kupergi, semakin banyak kuresapi
Semakin sesak dada ini
Tak sanggup aku kembali ke Jogja
Jogjakartaku menangis
Tetapi dia tetap kuat, berusaha tegar dan selalu ada untuk
'mereka'

'Mereka'  ini harus sadar
Negeri kaya ini sudah lelah
Jogjakarta ini sudah lelah
Jangan kalian perkosa Jogjaku!

18 September 2016

Mengawal Bonus Demografi Melalui Kegiatan Non-Akademik



Pertumbuhan penduduk di negara Indonesia mulai menampakkan titik terang. Hal itu dapat dilihat dari jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih dominan dari jumlah penduduk usia ketergantungan (<15 tahun dan >64 tahun). Peningkatan ini dinamakan bonus demografi. Menurut data “Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035” dari BAPPENAS, Indonesia mengalami bonus demografi periode tersebut. Penurunan beban rasio beban ketergantungan (Dependency Ration) menurunkan beban ekonomi bagi penduduk usia produktif (usia kerja) yang menanggung usia tidak produktif. Data tersebut memperhitungakn usia harapan hidup, vertilitas, dan lain-lain. Sebuah kesempatan baik yang harus dikawal bersama.



sumber : Data Proyeksi Penduduk Indoensia 2010- 2035 (Bappeda)
Kesempatan ini – kalau enggan dinamakan tantangan – tidak secara otomatis akan menguntungkan Indonesia. Karena dibutuhkan lapangan perkerjaan dan kualitas manusianya. Lapangan pekerjaan harus memenuhi laju pertumbuhan, bisa dari pemerintah, swasta, maupun asing. Sedangkan kualitas manusianya harus mengimbangi pertumbuhan tersebut, agar produk – produk Indonesia dapat bersaing untuk menungkatkan laju pertukaran rupiah. Seandainya berhasil, tidak menutup kemungkinan Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara maju di Asia.
Untuk mendapatkan keduanya, hal utama yang harus dipersiapkan secara matang adalah SDM (Sumber Daya Manusia). Salah satu kunci peningkatan kualitas SDM adalah pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Dalam pendidikan formal (sekolah) juga terbagi menjadi kegiatan akademis dan nonakademis. Dari berbagai sarana pendidikan tersebut saling terkait dan tidak bisa berdiri sendiri. SDM yang berkualitas tidak cukup hanya dengan meningkatkan kemampuan akademis. Walaupun kemampuan tersebut dapat diukur dengan angka pasti, namun dalam dunia pekerjaan kemampuan akademis bukan menjadi faktor utama dalam kualitas SDM. Dibutuhkan kemampuan memimpin, berkomunikasi, kepribadian, dan sebagainya yang hanya bisa didapat dari kegiatan nonakademis pada sarana pendidikan formal.
Kegiatan nonakademis adalah segala sesuatu di luar hal-hal yang bersifat ilmiah dan tidak terpaku pada satu teori tertentu. Berbeda dengan kemampuan akademis,  kemampuan nonakademis seseorang sulit diukur secara pasti karena tidak ada salah dan benar didalamnya. Contoh kemampuan non akademis antara lain seni berkomunikasi, kemampuan berorganisasi, kepribadian, kemampuan kerjasama, kemandirian, dan kecakapan memimpin. Di dalam kegiatan nonakademis lebih berpengaruh terhadap karakter manusianya dibanding kegiatan akademis. Untuk itu kegiatan nonakademis secara tidak langsung merupakan pendidikan karakter bagi calon pemimpin negeri ini. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Sayangnya, kegiatan nonakademis belum benar – benar matang. Hal tersebut disebabkan kegiatan nonakademis di negara ini belum menjadi perhatian ketimbang akademis. Orang tua, sekolah, universitas, pemerintah, dan masyarakat cenderung menilai kualitas seseorang berdasarkan prestasi – prestasi akademisnya. Hal itu berakibat keterbatasan ruang bagi seseorang untuk mengembangkan potensinya. Potensi yang penting dalam kualitas SDM untuk dapat bersaing dengan negara maju. Dalam kondisi sekarang ini perlu ditanamkan bahwa setiap individu itu unik (Everybody is unique). Memahami potensi dan mengembangkannya sebagai senjatanya untuk masa depan negeri kaya ini. Negeri ini butuh orang yang mau bekerja, bukan sekedar pintar. Seperti selogan 71 tahun kemerdekaan Indonesia “Kerja Nyata!”.
Ketika kita mendengar berita “Empat Mahasiswa Indonesia Cuti Satu Semester untuk Dapat Menggapai Puncak Tertinggi Benua Amerika.” Hal pertama yang orang awam soroti pasti kata “cuti satu semester” baru setelah itu “menggapai puncak tertinggi Amerika”. Secara tidak sadar otak kita telah terprogram untuk lulus kuliah tepat waktu dengan indeks prestasi kumulatif diatas 3,50. Sedangkan kita seakan tidak mau tau bagiamana proses yang telah dilalui oleh mahasiswa tersebut untuk dapat mencapai puncak tertinggi Benua Amerika tersebut. Kalau kita mau sedikit saja memperhatikan, disana terdapat pembelajaran – pembelajar berharga yang akan sangat berguna bagi kualitas SDM. Hal tersebut mulai dari perencanaan, operasional, kepemimpinan, komunikasi, dana usaha, kemandirian, ketekunan, kedisiplinan, dan lain sebagainya. Secara kualitas dalam pekerjaan, bisa jadi mahasiswa yang cuti tersebut lebih cepat berdaptasi dan berprestasi daripada mereka yang tidak menjalani proses tersebut.
Hal yang sering terjadi adalah keterbatasan ruang. Keterbatasan dari dukungan, kebijakan guru/dosen, orang tua, teman, dan lainnya. Padahal masa muda adalah masa yang tidak bisa diulangi lagi. Mengekang kegiatan nonakademis seperti contoh diatas bisa jadi dampak besarnya adalah kegagalan Indonesia dalam masa bonus demografi. Karena kurangnya daya saing SDM negeri ini. Pemuda Indonesia sekarang ini adalah prospek terbesar untuk memimpin bonus demografi hingga 2035. Kalau dihitung secara kasar, mereka yang sekarang rata-rata mahasiswa akan berusia 40 tahun pada tahun tersebut. Usia itu adalah usia produktif dalam bekerja. Sehingga perlunya bekal yang harus disiapkan mulai dari sekarang.
Sebagai warga negara Indonesia, kita wajib mendukung dan mengawal bonus demografi ini menurut kemampuan, peran, dan kapasitas masing – masing. Ukuran pasti dari kemampuan akademis mulai sekarang bukan patokan utama. Memaksa pemuda Indonesia untuk meraih ukuran tersebut (akademis) sama saja memojokkan mereka untuk tidak mengembangkan potensi mereka. Sedangkan mereka adalah calon pemimpin dan tulang punggung negara ini pada masa nanti.
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia perlu menerpakan sistem pendidikan yang seimbang. Kalau perlu dicondongkan ke nonakademis. Hal ini untuk melebur mainset kita tentang tidak pentingnya hal tersebut (kegiatan nonakademis). Pemerintah juga tidak bisa sendirian. Perlu campur tangan dosen/guru dalam mengawalnya. Dosen/guru adalah orang yang secara langsung mendidik mereka dalam lembaga pendidikan formal ini. Dukungan orang tua juga tidak kalah penting. Ego orang tua yang ingin melihat nilai anaknya dengan prestasi selalu baik adalah suatu ketidakadilan. Orang tua sebagai lembaga pendidikan pertama dan paling dekat seharusnya lebih mengenal potensi dan minat mereka. Dengan begitu anak akan berkembang dan berkualitas sesuai dengan karakternya.
Semua dukungan tersebut akan percuma bila manusia yang dididik tidak dapat menyeimbangkan kebutuhan kegiatan akademis dan nonakademis. Kegiatan nonakademis bukanlah pelarian dari kegaitan akademis, melainkan kebutuhan yang saling beriringan dan memiliki prioritas masing – masing berdasarkan posisi yang diemban. Seorang atlit sepakbola akan memiliki waktu tersendiri untuk berlatih dan sebaliknya. Begitu juga dengan kegiatan nonakademis lain. Agar setiap kegiatan akademis maupun nonakademis tidak sia sia, perlu ditanamkan totalitas. Dengan totalitas, kita bisa belajar lebih mendalam dan paham dari setiap esensi kegiatan yang dilakukan.
Bekti Nugraha.

Bappenas.go.id