09 September 2016

Mimpi Kecil dari Manut (2)

Obrolan melebar sampai kemana mana. Hingga memperbincangkan Buku. Ternyata kami hampir sama, sama sama baru sadar serunya memabaca. Sedikit kesamaan lagi, Pram, ya Pramoedya. Cecep juga baru membaca tetralogi Buru. Selain itu dia lebih tertarik dengan Seni, Buku resensi seni setebal kamus jaman SMP. Ternyata orang orang seni sangat berwawasan luas. Dari sejarah sampai tafsiran tersirat yang terurai secara mendetail sampai ke noktah-noktahnya. Baru setengah ia baca. Bicara tentang seni, ... ah belum. Obrolan kita tentang mimpi kecil dari Manut nanti saja aku sampaikan.

Kami sama sama setuju, membaca itu harus dari sadar sendiri, baru bisa menikmatinya. Aku sendiri baru saja menyelesaikan buku "Swordless Samurai" yang menceritakan Hideyoshi, seorang jelata yang menyatukan Jepang dari zaman peperangan, zaman yang satu-satunya hukum adalah pedang. Diakhir cerita, dia termakan juga oleh godaan kekuasaannya. Walaupun beralasan, tapi tindakannya adalah blunder besar bagi dirinya, seperti kebanyakan orang yang sudah mencapai puncak kekuasaannya. Mimpinya pun sudah tercapai. Mimpi sebesar itu! Disitulah puncaknya. Makanya mimpi harus besar biar tak terlena juga - mungkin biar tak tercapai... Biar berusaha dan berusaha sampai hayat berakhir. Mimpi kecil dari Manut juga muncul salah satunya dari itu.

Selain itu aku juga membaca buku karangan ulama besar Indonesia, M Quraish Shihab. Belum selesai juga aku baca. "Perempuan". Buku yang tak kalah tebal dengan kamus. Mungkin juga itu hanya secuil dari pemahaman tentang makhluk istimewa ciptaan-Nya itu. Buku dengan sampul merah muda itu aku sampuli dengan kertas biru dan plastik, biar bisa kubaca dimanapun tanpa harus risih dipandangi orang. sekilas seperti buku untuk kamu hawa, tapi setelah kubaca, bahkan sampai sekarang -hampir setengahnya- lebih banyak pandangan yang membuka pikiran terutama bagi kaum laki-laki. Entah kenapa harus sampul merah muda digunakan. tentu kalau menggunakan sampul gelap, lebih banyak dari kami yang akan memboronganya dan menggunakannya untuk mempelajari makhluk unik tersebut.

Obrolan berlanjut, tentang perempuan, sosial, harta, dan cinta. Tak banyak bisa kusampaikan, intinya tetap saja, kami sepaham. Walaupun tidak dapat mewakili hasil obrolan itu, tapi satu hal yang ada dibuku ini dan kita baca bertiga. Akan kukutip sama persis seperti tertulis di buku. Bab Nikah dan Berumah Tangga.

Dalam Legenda Sansekerta ditemukan hikayat yang menyatakan bahwa ketika Dewa menciptakan alam, dia genggam segala unsur dalam tanggannya, lalu dia ciptakan matahari, bulan, bintang, gunung, angin, laut, pohon, binatang, dan akhirnya manusia pertama, yakni lelaki, dan ketika selesai menciptakan lelaki, habislah seluruh unsur yang ada dalam genggamannya. Nah, ketika sang Dewa ingin menciptakan perempuan, tidak ada jalan lain kecuali meminjam unsur yang telah diciptakannya semula. Maka, diambillah dari matahari sinarnya, dari bulan kebulatannya, dari bintang kecemerlangannya, dari gunung kegarannya, dari angin pancarobanya, dari laut alirannya, dari dahan kelenturannya, dari daun kelenturannya, dari merpati kejinakannya, dari harimau kekejamannya, dari burung merak keangkuhannya, dari api kehangatannya, dan dari salju kedinginannya, demikian kesemuannya dicampur dalam satu adonan, dan dari adonan itu Dewa menciptakan perempuan kemudian diserahkan pada lelaki untuk menemani dan menghiburnya.

Akan tetapi, belum lagi berlalu seminggu, lelaki pertama itu mengembalikan perempuan tadi pada Dewa sambil berkata : "Engkau telah memberikan yang ini, tetapi aku kembalikan. Dia tidak berhenti berbicara, terus menangis, dan tidak melakukan apa pun. Dia ingin aku agar menemaninya bercanda dengannya sepanjang hari." Maka Dewa menerima kembali perempuan itu. Namun, setelah seminggu, lelaki pertama tadi datang menghadap memohon agar perempuan itu dikembalikan : "Kembalikanlah dia padaku. Dia senang menyanyi dan menari, dia suka mengerlingkan matanya padaku. Sungguh aku kesepian dengan kepergiannya." begitu ucapnya. Maka Dewa mengabulkan permintaannya. Akan tetapi, tiga hari kemudian, lelaki tadi mengembalikannya lagi. Dia letih menghadapinya. Ketika itu, sang Dewa marah dan berkata : "Segera ambil keputusan! Engakau menghendakinya atau tidak! Katakan segera. Kalau tidak, engkau kuhabisi dan kuciptakan untuk perempuan ini lelaki selainmu." Nah ketika itu, lelaki tadi tanpa banyak bicara menarik rambut perempuan tersebut dan mengajak pergi bersama sambil bergumam : "Sungguh, aku tidak dapat hidup jauh darinya, tetapi tidak juga mendekat kepandanya. Aku tidak dapat hidup bersamanya, tetapi tidak juga dapat hidup tanpa kehadirannya."

Berlanjut....


No comments:

Post a Comment