Simulasi Flat Water
Sebelum berangkat ekspedisi, skill harus dilatih secara intensif dan terjadwal. Akhir minggu pertama dan kedua selalu diisi dengan simulasi arus tenang di Banjir Kanal Barat. Gunanya untuk menyamakan tempo dayungan dan kekuatan dayungan, terutama melatih dayungan agar benar dan efisien. Latihan ini sangat penting dalam membentuk anggota tim, karena arus yang mengalir sangat mendukung, pelan dan tenang, dengan demikian dayungan tiap pendayung dapat dilihat secara jelas.
Pagi-pagi perahu dilipat dan diangkat menggunakan motor oleh aku dan Aang, kemudian pelampung, helm, dayung, dan throwbag dibawa oleh Gresi, Aenun, dan Mifta. Sekitar 10 menit perjalanan menuju lokasi. Pada latihan ini juga didampingi oleh instruktur arung jeram, Firas. Persiapan sebelum turun dilakukan ditepian, pemanasan dan jogging. Semua pendayung harus bisa disemua posisi, termasuk skipper.
Latihan arus tenang terlaksana 3 kali dan diikuti oleh 6 anggota tim, termasuk Gia. Diawali dengan endurance 2 x 2 Km. Bagian ini adalah bagian latihan paling menguji kesabaran. Daya tahan tangan dan pinggang dilatih disini. Tiap orang punya playlist masing-masing, membuat suasana diperahu tidak membosankan dan lupa pegalnya tangan dan pinggang untuk sekitar 50 menit mendayung. Terbayang kami ketika saling menertawakan playlist masing-masing, ada yang asik ada yang menyebalkan.
Usai latihan endurance tersebut, dilanjutkan dengan latihan teknik dayungan, manuver, skipper. Bagian paling ditunggu-tunggu karena disini pegal ditangan tak seberapa dibanding dengan endurance. Urutannya adalah teknik dayungan mulai dari speed dan power. Jalurnya masih sama, trek lurus dengan jarak seperempatnya. Dayungan akan terlihat kompak ketika gerak perahu maju berirama, sama seperti ketika endurance. Dilanjutkan dengan dengan latihan manuver dan skipper. Setiap orang diperahu punya peran masing masing dan saling mempengaruhi jalannya perahu, maka dibutuhkan koordinasi yang baik antar pendayung. Latihan skipper salah satunya dengan mengikuti jalur yang ditentukan dengan benar.
Perjalanan pulang menuju PKM dilakukan dengan motor dan posisi perahu terlipat kembali. Perahu kami tak jarang dikira karung sampah oleh warga sekitar, tak jarang kami ditegur karena membawa kantung besar ke tepian Banjir Kanan Barat. Seperti saat kami membawanya, perahu dipompa dan dicuci kembali. Alhasil tangan kami pun mulai berotot.
***
Latihan pertama Gia masih ikut, latihan selanjutnya hanya kami berlima hingga akhir dari perjalanan kami di Cikandang.
No comments:
Post a Comment