Suara korek gas yang dinyalakan dan disambung suara terbakarnya tembakau. Masuk dalam paru, keluar kembali. Tak ketinggalan suara tetesan air hujan yang sudah semalaman membasahi tenda. "Mas, ini kopinya", kata istri tercinta sambil menyodorkan secangkir kopi hangat. Hari ini adalah hari Minggu dan kami masih enggan turun ke basecamp walaupun kami tau besok waktunya bekerja lagi. Hampir tiap bulan kami kesini, bukan untuk mencari puncak, hanya sekedar camping dan menikmati udara segar. Inilah rutinitas kami berdua.
Oiya sudah hampir 4 tahun kami menikah, dan sampai sekarang masih belum juga dikaruniai anak. Walaupun kami selalu bahagia berdua, selalu saja ada rasa sepi. Apalagi kalau kami sedang tidak bersama karena tugas diluar kota atau keperluan lain. Walaupun hanya sehari, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat semua makanan terasa hambar. Cinta, atau ya hanya sekedar tidak bisa sendiri.
Dia wanita yang sangat setia. Bahkan belum sempat aku bertanya, dia selalu mengabari terlebih dahulu dalam setiap hal. Apalagi ketika harus kerja berdua atau ada laki laki lain dalam pekerjaannya, dia sangat hati hati minta izin. Bahagianya setiap waktuku kuhabiskan dengannya.
Akhir akhir ini hujan tak pernah absen. Hari ini lebih lama dari biasanya, sudah jam 11 dan kami masih terjebak dalam hujan. Kulihat rokok pun tinggal 1 batang. Dia masih menempel di bahuku dari tadi. Tak ada satu patah katapun dia ucapkan sejak kopi terakhir yang dia buat, setengah jam yang lalu. Aneh, biasanya dia selalu cerewet, diamnya hanya waktu tidur dan di kamar mandi saja. "Dek..", kucoba elus pelan kepalanya, aku tau dia tidak tidur dari tadi. "Adek mikirin apa? Tumben nggak cerita, apasih yang ga bisa aku debatin kalau sama adek?", Kedipan matanya kali ini pelan tapi tegas, seakan mengisyaratkan aku untuk diam dan tetap mengelus kepalanya. Suatu perasaan yang sama seperti 3 tahun yang lalu ketika aku tak sengaja tertinggal berdua di kantor dan dia melihatku bersama wanita lain.
Seketika dia seperti mendominasi suasana, aku pun terdiam. Hanya menempel pipiku pada kepalanya sambil mengeratkan pelukanku. Rokokku pun aku matikan.
Tak tau lagi sudah berapa lama kami saling termenung. Dia sudah tertidur, perlahan aku rebahkan. Rintik hujan menambah lelap tidurnya. Wajahnya selalu cantik dan teduh. Aku pandang beberapa lama sampai aku bisa melepaskan tanganku.
Cengkring..
Tiba tiba ada masuk sms, "Mas bro, besok jangan lupa ada meeting di kantor induk." Ternyata si A temen se kantor ku yang paling akrab. Baru sadar waktu sudah hampir sore. Perkiraan kalau turun sekarang, sampai rumah jam 12 malam, masih sempat buat bahan untuk besok, semoga.
Bersambung....